Jakarta, Tiap memasuki Bulan Ramadan, imbauan untuk berhenti merokok selalu gencar dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan. Ibadah puasa dinilai sebagai momentum yang tepat untuk menghentikan kebiasaan ngebul.
"Selama puasa kan tidak merokok seharian. Diharapkan kebiasaan ini berlanjut meski sudah tidak puasa," kata dr Lily Banonah Rivai, M.Epid, Kepala Sub Direktorat Jantung dan Pembuluh Darah Kementerian Kesehatan, dalam diskusi media di Hotel Grand Sahid, Setiabudi, Jakarta Selatan, seperti ditulis pada Rabu (1/7/2015).
Meski begitu, dr Lily mengaku tidak tahu persis seberapa besar tingkat keberhasilannya. Butuh penelitian untuk mengungkap seberapa banyak perokok yang sukses memanfaatkan bulan puasa sebagai momentum untuk berhenti. "Saya perlu cek dulu karena ada bidangnya sendiri yang melakukan penelitian," kilah dr Lily.
Namun yang pasti, puasa berdampak sangat positif pada kesehatan paru-paru. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K) mengatakan bahwa hal itu sudah terbukti dalam berbagai penelitian ilmiah.
Dicontohkan oleh Prof Tjandra Yoga, sebuah penelitian di Arab Saudi mengungkap adanya perbaikan fungsi paru-paru selama bulan puasa. Diyakini, perbaikan berat badan selama menjalankan ibadah puasa membuat fungsi paru ikut merasakan dampak positifnya.
Sebagai bagian dari ibadah, puasa juga memberikan ketenangan dan kedamaian batin. Hal ini, bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap kesehatan paru-paru maupun kesehatan tubuh secara umum.
"Puasa juga menurunkan risiko tuberculosis," kata Prof Tjandra Yoga melalui layanan pesan singkat yang dikirimkannya kepada wartawan.
Detik Health